Setengah Atas Setengah Bawah, Setengah Berani Setengah Suci

Ia datang padanya dengan berani. Cara dia bergerak sungguh gagah. Dan mereka pun akhirnya berjalan bersama. Dia begitu setia terhadap Ia, seperti selalu mengalah dalam hal apa saja. Dia diam ketika ia pelan menindihnya, terus dan terus. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
Kadang-kadang tangan Ia memegang tiang ketika meregang dia. Dia pun demikian, kakinya melingkari tiang. Tak peduli apa kata orang mereka melakukannya. Tanpa kelambu ataupun pengaman. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
***
Kemarin Ia diatasnamakan orang untuk menganiaya. Entah itu nyata atau rekayasa, Ia dianggap sebagai biangnya. Ya, Ia dicap paling benar, paling berani, paling atas, dan tumpahlah darah atas nama Ia. Dan tanpa melihat dia yang dibawah, Ia diatasnamakan kebenaran. Sementara dia diam dibawah, tak diperhatikan. Seperti hari-hari sebelumnya. Ia menindih dia lagi. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
Hari selanjutnya dia dituduh orang-orang. Dia dicap sebagai biang penodaan ajaran. Entah itu nyata atau rekayasa, Ia dianggap sebagai biangnya. Ya, Ia dicap paling suci, paling bersih, paling netral, dan hilanglah tenggang rasa atas nama dia. Seperti hari-hari sebelumnya. Dia ditindih ia lagi. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
***
Ada saat mereka begitu erat bersama. Sesekali kuperhatikan mereka mandi bersama. Oleh wangi sabun beraroma, dan mereka anggun sekali bermain air. Tangan ia begitu indah menggantung di air, sementara kaki dia menjuntai diterpa air sabun. Mereka begitu mesra. Basah dan busa menyembunyikan malu mereka ketika ia menindih dia kemari-kemarin. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah. Dan hari itu mereka serasi sekali. Berjemur bersebelahan, sejajar dan bergantungan sangat serasi.
Ada lagi waktu dimana mereka terlihat tenang sekali tidur. Saling merapat, berpelukan dan hangat. Hanya beberapa orang melihatnya. Mereka punya ruangan khusus kali ini. Tak ada satupun yang melihat sampai awal minggu orang mulai beraktifitas. Mereka bergumul dengan rapi dan bersih. Tak ada yang diatas maupun dibawah. Mereka sangat serasi.
***
Dahulu, ia dan dia begitu dipuja-puja. Tak sedikit tercipta lagu karena ia dan dia. Mereka dekat dikepala orang-orang. Orang-orang menanggap mereka saling bertindihan dihalaman rumahnya. Itupun cuma 10 menit pertama. Selebihnya orang-orang meninggalkan ia menindih dia lagi. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
Tapi keberuntungan berpihak pada pasangan ini. Ia dan dia menjadi sebuah saksi peristiwa penting. Orang tak lagi melihat siapa yang diatas maupun dibawah. Orang paham kenapa ia diatas dan dia dibawah. Toh, ia selalu adil. Ia selalu setengah diatas dan dia setengah dibawah. Tepat sekali dan serasi sekali mereka bercumbu. ia menindih dia lagi. Entah aku tak begitu tahu apakah dari malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
***
Tadi pagi, Ia dan dia belum bangun betul dari tidurnya. Ia dan dia masih berpelukan hangat dan sangat erat selibat. Mereka tak sadar digiring ke orang paling penting di negaranya. Dan mereka masih terlelap bahkan didepanorang paling penting itu. Beberapa kali kamera menyorot mereka. Ia masih tenang memeluk dia, dia masih mesra mengecup ia. Lalu tiga orang datang, mengangkat mereka yang masih tidur berpelukan. Tak ada yang diatas maupun dibawah. Mereka sangat serasi.
Tiga orang tadi membawa ia dan dia menuju tiang gantungan. Semua melihat ia dan dia dibawa, dan semua sadar mereka masih terlelap dalam mimpi yang sama seperti beberapa puluh tahun lalu. Ia dan dia terpaksa dibangunkan dari tidur dan pelukan eratnya. Tali disiapkan, Ia dan dia ditarik begitu tegang. Tangan ia diikat paksa di tali, sementara kaki dia diikat paksa. Ia dan dia kukuh tak mau dipisahkan. Bahkan untuk sekedar dipaksa bergantian dia di atas dan ia dibawah, mereka menolak. Orang-orang mulai menyanyi, dan pelan-pelan ia dan dia ditarik begitu saja. Tak lama orang-orang berhenti menyanyi seperti ada yang memberi aba-aba. Disaat itu Ia sudah menindih dia lagi. Tak peduli orang-orang melihat mereka dan beberapa menangis. Ia diatas dan dia dibawah. Setidaknya sampai sore mereka ditarik lagi. Tiga orang yang berbeda meminta maaf. Ia dan dia dibolehkan meneruskan mimpinya dan mesranya berpelukan. Sampai tahun depan mungkin.
***
Suatu hari ia dan dia pernah datang dalam mimpiku. Ia bercerita, sebenarnya ia tak mau dijadikan alasan untuk pembenaran apapun juga. Ia tak mau darah berceceran dimana-mana diatasnamakan ia. Ia ingin dihormati sebagai ia yang selalu diatas dia. Ia yang berani, yang benar yang selalu diatas. Tapi ia ingin dihormati bersama dia. Dia pun berbicara, sebenarnya dia tak mau dijadikan alasan pembenaran apapun juga. Dia tak mau melihat orang-orang kehilangan haknya karena dia. Dia yang suci, yang dilandasi hari dan yang selalu dibawah ia. Mereka bersamaan bergumam,
"Kami selalu ada di dua banding tiga, ia disetengah atas dan dia disetengah bawah. kami ingin kalian hormati karena sebagian darah pahlawan kalian mati karena kami. Kami ingin berada disetiap pelosok negeri. Semoga tak hanya sehari kalian melihat kami dan menyadari akan adanya kami. Karena tiap hari kami akan menjadi pemuncak tiang-tiang kalian. Menjadi penanda akan kejayaan negeri kalian."

Kemudian dalam mimpiku, mereka kembali ke tempat semula. Di puncak tiang dihalaman sana. Dia ditindih ia lagi. Entah itu malam sampai siang, atau pagi sampai sore. Ia selalu diatas dan dia dibawah.
----------------------------------------------------------------------
untuk sangsakamerahputih.
bandung, 18 Agustus 2010